Sunday, November 9, 2008

"Buta" karena Harta - "Melihat" karena Kasih Tuhan (Amat Paulus Tantoso)

Penghasilan yang diterimanya setiap bulan bisa mencapai miliaran rupiah, demikianlah sukses Amat Paulus Tantoso, pengusaha money changer dan toko emas asal Batam ini. Mengalami masa keemasannya pada tahun 2001, membuatnya meraih penghargaan Pengusaha Muda Terbaik.

"Waktu itu saya sudah mulai sombong, saya pikir saya hebat sekali," Ungkap Tantoso.

Memiliki dua toko emas dan 17 cabang money changer dengan penghasilan besar, tidak lantas membuat Tantoso merasa puas.

"Saya lihat teman-teman saya yang memiliki usaha sembako, kok bisa jadi hebat dan usahanya besar. Hal itu membuat saya timbul niat jahat, saya ingin memonopoli seluruh distribusi gula pasir di seluruh kepulauan Riau. Untuk itu siapa saja yang berusaha menghalang-halangi usaha saya, maka saya tidak segan-segan untuk menghancurkannya."

Kehebatan Kesuksesan yang didapat Tantoso ternyata hanyalah topeng. Dibalik semua kesuksesannya tersebut ada sebuah sisi gelap yang disembunyikan Tantoso.

"Dulu dari seluruh usaha saya, setiap bulan mendapatkan penghasilan satu miliar lebih. Namun kadangkala pengeluaran saya lebih besar dari penghasilan, karena saya selalu mengajak teman-teman saya untuk pesta narkoba, main perempuan dan pergi ke tempat hiburan malam. Satu malam saya bisa habis 40 hingga 50 juta."

Tidak hanya itu, hubungannya dengan istri sudah tidak harmonis lagi. Dihadapan orang-orang, pasangan ini terlihat sangat harmonis, namun Suti, istrinya seringkali dipukuli dan dianiaya olehnya. Tangisan dan rintihan istrinya tak pernah digubriskan. Rasa putus asa Suti membuatnya mengambil jalan pintas dengan mencoba bunuh diri.

Suatu saat Suti mendapatkan imformasi dari seorang teman dekat Tantoso bahwa suaminya berselingkuh. Suti tidak dapat mempercayai hal itu. Suti semakin sedih, kalut dan sakit hati sehingga dia meminta di ceraikan oleh Tantoso.

Diancam cerai oleh istrinya tidak mengubah tabiat Tantoso sama sekali, bahkan hal itu semakin membuat Tantoso membenci istrinya. Ketika kemarahannya memuncak, Tantoso sanggup melakukan hal yang sangat mengerikan.

"Saya pikir istri minta cerai tidak apa-apa. Saya punya uang, dengan itu saya bisa dapat istri lagi kok."

Hari itu Tantoso pulang dalam keadaan mabuk dan ditegur oleh istrinya. Hal tersebut membuat Tantoso naik pitam. Tantoso mengambil samurai hendak membunuh istri dan kedua anaknya. Namun saat samurai itu sudah terhunus, kilasan wajah anak keduanya membuatnya berhenti dan mengurungkan niatnya.

Anak kedua Tantoso dan Suti telah meninggal dunia sewaktu masih kecil. Demikian Tantoso menuturkan kisah kematian anaknya, "Pada hari kejadian, saya dan istri akan pergi ke rumah mertua saya. Karenanya anak kami itu kami tinggalkan di jaga oleh pembantu saya saat itu. Pada malam itu, ada acara joget di kampung kami, dan pembantu kami meninggalkan anak kami tersebut dirumah sendirian. Anak kami tersebut menangis hingga mati lemas."

Akibat kematian anak keduanya, Suti hampir saja gila. Itulah yang membuat Tantoso dan istirinya pindah ke Batam, supaya bisa melupakan kejadian yang memilukan itu.

Mengingat rasa kehilangan yang sangat besar akan anaknya yang kedua membuat Tantoso menyarungkan kembali samurai yang telah dihunusnya.

Sekalipun rumah tangganya diambang kehancuran, Tantoso tetap berjaya dalam usaha kotornya, sampai hukum menjeratnya.

"Pertama kali saya didakwa tentang penyeludupan uang atau money laundry, namun hal tersebut tidak terbukti. Dan selanjutnya didakwa lagi dengan korupsi uang perusahaan, saya menolak dakwaan tersebut dan saya buktikan bahwa perusahaan tersebut adalah milik saya sendiri. Pada akhirnya saya didakwa dengan kasus penggelapan pajak."

Perkiraan Tantoso hukumannya hanya satu tahun saja, karena kasusnya adalah kasus perdata. Namun perkiraan tersebut salah, Tantoso dituntut hukuman 4 tahun 6 bulan penjara dan denda belasan miliar rupiah. Merasa di khianati oleh rekan bisnisnya, hati Tantoso menjadi terbakar kebencian. Rasa sakit hatinya membuat Tantoso berniat melakukan sesuatu yang nekat.

"Saya merasa dendam sekali kepada orang-orang yang memasukkan saya ke penjara. Dalam pikiran saya, saya ingin menghancurkan mereka. Bahkan saya sempat mengorder orang untuk membunuh orang-orang itu."

Tetapi ancaman hukuman yang lebih berat lagi membuat Tantoso mengurungkan niatnya itu. Dipenjara itulah Tantoso merasakan kesengsaraan yang amat sangat, dia tidak bisa menerima keadaanya itu. Namun kesengsaraan itu tidak dialaminya sendiri, namun juga harus ditanggung oleh istri dan anak-anaknya. Satu per satu hartanya disita, dan dalam sekejab hutang perusahaan semakin membengkak.

"Anak-anak saya sangat drop sekali. Anak-anak malu ke sekolah, karena banyak orang menanyai mereka: bapak kamu yang dulu hebat, kenapa sekarang dipenjara?- "

Melihat penderitaan suami dan anak-anaknya, Suti berusaha dengan berbagai cara untuk mengeluarkan Tantoso dari penjara. Namun semua upayanya untuk melepaskan suaminya dari penderitaan sia-sia belaka. Nama dan reputasi Tantoso dalam sekejab hancur.

Tantoso merasa tertekan dan stress, hal itu membuatnya mengambil keputusan untuk mengakhiri semua penderitaan dengan cara bunuh diri.

"Saya masih ingat, hari itu hari Sabtu. Saya merasa stress dan tidak berharga lagi. Hidup ini seperti sampah yang sangat kotor, dan dibuang orang. Karenanya hari itu saya berniat untuk bunuh diri."

Pada saat Tantoso sedang memikirkan rencananya untuk bunuh diri, tiba-tiba seorang teman napi mengajaknya ke aula dimana sedang ada sebuah pertemuan.

"Waktu itu, saya pikir oke-oke saja. Karena disana ada nyanyi-nyanyian. Jadi saya ikut saja."

Dengan maksud mencari hiburan, Tantoso masuk ke dalam ruangan pertemuan itu. Disana dia mendengarkan seorang nenek yang sedang menceritakan tentang dirinya. Disitulah awal keajaiban terjadi dalam hidup Tantoso.

"Oma Magie hari itu bersaksi, beliau setiap hari membaca koran tentang kasus saya, dan beliau bersama suaminya selalu berdoa bagi saya setiap hari. Waktu itu saya berpikir, Tuhan Yesus memang baik. Hidup saya yang dipandang orang sudah tidak berguna, tapi Tuhan Yesus begitu baik, masih ada orang yang menyayangi saya. Dengan oma itu, saya tidak memiliki hubungan apa-apa. Saya bahkan tidak kenal dengan beliau, tapi mengapa dia mau mengasihi saya? Sebelumnya saya berharap kepada teman-teman pengusaha dan keluarga, namun mereka semua menjauhi saya. Tapi orang Kristen ini mengapa begitu mengasihi saya? Hal itulah yang membuat saya ingin tahu, apa itu Kristus." Hari itu Tantoso mengijinkan nenek Magie untuk mendoakannya.

Dalam kesendiriannya, Tantoso mulai datang pada Tuhan dan berdoa memohon ampunan dari-Nya.

"Saya pikir, saya ini orang yang sangat jahat dimata Tuhan. Saya merasa seperti sampah yang sangat kotor. Saya minta Tuhan Yesus ampuni dosa-dosa saya. Saya juga berdoa, kalau Engkau Tuhan yang dasyat maka Engkau akan menyelamatkan aku."

Diluar dugaan, saat vonis dijatuhkan, Tantoso hanya dikenakan hukuman dua tahun penjara.

"Pada saat saya di persidangan, saya tidak lagi menyembah yang lain-lain lagi. Saya hanya menyembah kepada Tuhan Yesus. Hati saya sangat bersukacita, karena Tuhan Yesus sudah menyelamatkan saya. Ternyata Tuhan sangat baik. Saya menjalani hukuman dengan senang, karena didalam firman Tuhan mengatakan, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Korintus 10:13). Disitulah saya pikir, hal itu benar juga. Dibandingkan orang lain, pencobaan yangs alami masih kecil"

Selama menjalani hukumannya, Tantoso menjalaninya dengan penuh sukacita dan pengharapan kepada Tuhan. Iapun mendapatkan remisi, sehingga pada tanggal 29 September 2005, Tantoso sudah bisa menghirup udara bebas.

"Saya bersyukur karena saya sudah bertobat. Sekiranya saya tidak diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maut yang akan mengejar saya. Dan jika saya tidak masuk ke penjara, saya tidak akan mau bertobat."

Berlahan-lahan Tantoso dan Suti mulai membenahi keluarganya dan juga melunasi hutang-hutang perusahaannya. Dan kini keadaan usahanya sudah kembali membaik.
"Saya bangga dengan Tuhan Yesus yang memberi saya kelegaan pada waktu saya putus asa dan merasa tidak berguna lagi. Tuhan Yesus datang memberikan keselamatan tepat pada waktunya. Saya sangat bersyukur, setelah saya bertobat saya baru merasakan hidup ini banyak keindahan. Semua itu karena Tuhan Yesus selalu menyertai kami."

No comments: